Kalau orang Indonesia jadi pengemis mungkin kamu sudah sangat familiar. Kamu bisa melihatnya setiap hari di jalanan ketika berangkat atau pulang kerja. Tapi bagaimana dengan bule yang menegemis? Pernahkah kamu melihatnya secara langsung?
Fenomena bule yang menjadi pengemis sedang viral di media sosial. Hal ini berawal dari foto yang menampilkan 2 orang bule sedang mengemis di Singapura. Mereka mengemis bukan untuk makan tapi untuk liburan! Mereka meminta recehan uang dari warga lokal untuk jalan-jalan. Bagaimana menurut kamu? Etis nggak sih?
Penduduk lokal terkejut melihat adanya bule yang menjadi pengemis di salah satu sudut kota di Singapura…
Foto yang diunggah oleh Maisarah Abu Samah di artikel ‘beg-packers : with tourist who beg in south east asia’ kemudian jadi viral. Tampak dua orang bule yang sedang mengemis dan juga mengamen di sudut kota Singapura. Ternyata nggak cuman penduduk lokal yang terbiasa menjadi pengemis, melainkan bule kulit putih juga. Bedanya adalah tujuannya. Kalau pengemis yang notabene warga lokal mengemis untuk menyambung hidupnya sehari-hari, bule mengemis dengan tujuan mendapatkan uang untuk liburan atau jalan-jalan. Duh, masa sih cuma buat jalan-jalan?
Ternyata fenomena ini tidak cuma terjadi di Singapura. Bule yang jadi pengemis ini dapat ditemukan Malaysia, Hongkong, Thailand dan Indonesia…
Bule yang mengemis untuk jalan-jalan bisa kamu temukan di beberapa kota seperti Kuala Lumpur, Ho Chi Minh, Hongkong, Bangkok sampai Bali. Bule seperti mereka tak sungkan untuk mengemis, mengamen sampai menjual kartu pos. Tujuan mereka mencari uang untuk melanjutkan liburan mereka atau membeli tiket pulang. Pantas saja julukan ‘beg-packer’ melekat pada kalangan bule seperti mereka.
“Kami merasa sangat aneh melihat bule meminta uang kepada orang lain hanya untuk membiayai liburan mereka. Sesuatu yang kami anggap mewah di negara kami,” ujar Maisarah.
Wajar kalau sampai penduduk merasa terganggu. Di Singapura, orang-orang yang menganggap berjualan pernak pernik di jalan hingga mengamen adalah perilaku orang miskin. Kenapa malah mereka melakukan itu demi uang liburan…
Di Singapura yang punya peraturan yang sangat ketat, aktivitas seperti ini tentu mengganggu warga. Orang yang melakukan aktivitas berjualan kartu pos di pinggir jalan sampai membawa gitar untuk mengamen biasanya adalah orang miskin. Mereka melakukan itu untuk makan sehari-hari, membayar biaya sekolah atau untuk melunasi hutang. Bukan untuk kebutuhan yang dianggap mewah dan kurang penting, yakni liburan. Nah, kenapa yang melakukan hal itu justru para backpacker bule ini? Sebaiknya jika memang tidak punya uang, nggak usah traveling sejauh ini lah ya.
Di Indonesia, hal tersebut juga kejadian di Bali. Masih ingatkah kamu dengan bule Jerman bernama Benjamin Holst yang mengidap kaki gajah? Ternyata uang yang didapat bisa jutaan rupiah dan digunakan untuk mengencani para gadis…
Pada akhir tahun 2016 lalu, publik Bali dihebohkan dengan munculnya pengemis bernama Benjamin Holst. Dia mengemis di perempatan Kuta Bali dan mendapat banyak uang dari sana. Ternyata dia sudah punya track record sebagai penipu ulung. Dia dideportasi dari Thailand dan Filipina karena mengemis di sana. Uang hasil mengemisnya digunakan untuk party dan mencari gadis-gadis. Hal yang sama pun ia lakukan di Bali. Sebuah perilaku kurang ajar yang semestinya ditindak.
Sementara itu, di luar negeri sana, orang Asia yang terhormat sekalipun sangat sulit masuk ke negara mereka. Butuh dokumen, uang dan jaminan agar bisa diterima masuk ke negara Barat. Namun, kenapa mudah sekali backpacker seperti mereka masuk ke negara kita?
Pelajaran dari kisah beg-packer yang mengemis di negara Asia, bahwa bule yang berkulit putih itu bukanlah semuanya orang kaya. Semua manusia sama, ada yang kaya ada yang nggak berpunya. Bagi orang Indonesia, masuk ke Eropa dan Amerika sulitnya bukan main. Siapin uang, dokumen lengkap, hingga jaminan tabungan harus disiapkan sebelum masuk ke negara mereka. Untuk apa? Agar mereka bisa pulang ke Indonesia, nggak nggembel di sana. Sementara itu di negara kita, semua orang boleh masuk dengan mudahnya. Bahkan orang Indonesia begitu inferior dengan orang kulit putih. Ada bule lewat minta foto, ada bule lewat begitu kagum. Padahal ya banyak yang ‘nggembel’ juga. Banyak juga yang kriminal lho, ada yang menipu, ada yang mencuri sampai membunuh.
Pemerintah tiap negara di Asia seharusnya bersikap tegas dengan mereka. Buat apa menerima pendatang yang ternyata tak bisa pulang dan menjadi masalah alih-alih menyumbang devisa. Pelajaran pentingnya adalah, nggak usah traveling deh kalau nggak punya uang. Bener ‘kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah dan beri masukan