iklan banner

Sabtu, 03 Februari 2018

Mengenal suku-suku asli Papua

GreenNawang – Di Papua, atau yang sebelumnya disebut Irian Barat atau Irian Jaya, terdiri dari begitu banyak suku dan sangat beragam. Hakikatnya suku-suku asli Papua, sekitar puluhan suku. Tetapi dalam perkembangannya, suku-suku asli itu berkembang dan beranak-pinak menjadi ratusan suku. 
Diyakini bahwa manusia pertama kali bermigrasi ke pulau Papua lebih dari 45.000 tahun yang lalu. Saat ini, seperti dikemukakan Kabarin.com, kemudian disarikan dan dielaborasi lagi dalam Netralnews, bahwasanya  populasi suku-suku di Papua lebih dari 3 juta orang, dan setengah dari populasi, tinggal di dataran tinggi. 
Beberapa komunitas ini telah terlibat dalam konflik suku skala rendah dengan tetangga mereka selama ribuan tahun.
1. Suku Huli

Suku terbesar, wigmen Huli, melukis wajah mereka dengan warna kuning, merah dan putih serta terkenal karena tradisi mereka membuat wig hias dari rambut mereka sendiri. Kapak dengan cakar sebagai pelengkap agar memberi efek menakutkan.
2. Suku Asaro
Sejumlah suku yang berbeda telah hidup tersebar di dataran tinggi selama 1000 tahun, di klan agraria yang kecil, terisolasi oleh medan yang keras dan terbagi dengan bahasa, adat dan tradisi. Suku lumpur Asaro (Asaro Mudmen) yang legendaris pertama kali bertemu dengan dunia Barat pada pertengahan abad ke-20.
Legenda mengatakan bahwa Mudmen terpaksa mengungsi dari musuh ke Sungai Asaro di mana mereka menunggu sampai senja untuk melarikan diri. Asaro masih menerapkan lumpur dan masker untuk menjaga ilusi hidup dan menakut-nakuti suku lainnya.
3. Suku Kalam
Bagian timur pulau Papua memperoleh kemerdekaan penuh dari Australia pada tahun 1975, dan lahirlah negara Papua Nugini.
Para pendatang asing pertama terkesan saat menemukan lembah kebun yang direncanakan dengan hati-hati dan saluran irigasi. Para wanita dari suku-suku adalah petani biasa. 
Para pria berburu dan melawan suku-suku lain untuk babi dan perempuan. Upaya besar dilakukan untuk mengesankan musuh dengan topeng menakutkan, wig dan cat.
4. Suku Goroka
Penduduk pribumi pulau terbesar kedua di dunia ini adalah salah satu yang paling heterogen di dunia. Medan yang keras dan perang antar suku sepanjang sejarah mereka telah menyebabkan isolasi desa dan proliferasi bahasa yang berbeda.
Mereka hidup sederhana di desa-desa mereka. Para penduduk memiliki banyak makanan yang baik , keluarga dan menghormati keajaiban alam. Perang suku adalah hal biasa.
5. Suku Yali
Salah satu suku yang mendiami wilayah Lembah Baliem, di tengah-tengah pegunungan Jayawijaya Papua Indonesia, adalah Yali. Mereka hidup di hutan-hutan perawan dataran tinggi. 
Yali secara resmi diakui sebagai pigmi, karena rata-rata tinggi laki-laki nya hanya 150 cm . Suku-suku Papua, yang berbeda dalam penampilan dan bahasa, memiliki cara hidup yang garis besarnya sama. 
Mereka semua poligamis dan melakukan ritual untuk acara-acara penting di mana pertukaran timbal balik hadiah wajib dilakukan. Koteka, penis labu, adalah bagian dari pakaian tradisional digunakan untuk membedakan identitas kesukuan.
6. Suku Korowai
Selatan pegunungan Jayawijaya Papua Indonesia terdapat area luas dari dataran rendah. Daerah ini mengakomodasi segudang sungai membentuk rawa, lahan basah dan hutan mangrove. Ini adalah habitat dari Korowai, suku yang sampai awal 1970-an , percaya bahwa mereka adalah satu-satunya manusia di bumi.
Korowai adalah salah satu dari sedikit suku Papua yang tidak mengenakan Koteka. Sebaliknya, pria ‘ menyembunyikan’ penis mereka di scrotums mereka, dimana daun kemudian diikat erat . Mereka adalah pemburu-pengumpul, yang tinggal di rumah pohon. Mereka mematuhi separatisme yang ketat antara pria dan wanita.
7. Suku Dani
Suku Dani adalah salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat atau bermukim atau mendiami wilayah Pegunungan Tengah, Papua, Indonesia dan mendiami keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta sebagian kabupaten Puncak Jaya.
Mereka mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat. 
Suku Dani masih banyak mengenakan ”koteka” (penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya).
Suku Dani Papua pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. Salah satu diantaranya yang pertama adalah Ekspedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 (Belanda), tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem.
8. Suku Bauzi
Suku Bauzi atau orang Baudi merupakan satu dari sekitar 260-an suku asli yang kini mendiami Tanah Papua. Oleh lembaga misi dan bahasa Amerika Serikat bernama Summer Institute of Linguistics (SIL), suku ini dimasukan dalam daftar 14 suku paling terasing. 
Sebagai suku yang menempati kawasan terisolir, sebagian lelaki Bauzi masih mengenakan cawat. Ini berupa selembar daun atau kulit pohon yang telah dikeringkan lalu diikat dengan tali pada ujung alat kelamin. 
Mereka juga memasang hiasan berupa tulang pada lubang hidung. Sedangkan para wanita mengenakan selembar daun atau kulit kayu yang diikat dengan tali di pinggang untuk menutupi auratnya. Tapi tidak mengenakan penutup dada. 
Pada acara pesta adat dan penyambutan tamu, kaum lelaki dewasa akan mengenakan hiasan di kepala dari bulu kasuari dan mengoles tubuh dengan air sagu. Sebagian besar suku ini masih hidup pada taraf meramu, berburu dan semi nomaden (berpindah-pindah.
9. Suku Amungme
Suku Amungme adalah kelompok Melanesia terdiri dari 13.000 orang yang tinggal di dataran tinggi Papua Indonesia.
Mereka menjalankan pertanian berpindah, menambahnya dengan berburu dan mengumpul. Amungme sangat terikat kepada tanah leluhur mereka dan menganggap sekitar gunung suci.
 Gunung yang dijadikan pusat penambangan emas dan tembaga oleh PT. Freeport Indonesia merupakan gunung suci yang di agung-agungkan oleh masyarakat Amungme, dengan nama Nemang Kawi. 
Nemang artinya panah dan kawi artinya suci. Nemang Kawi artinya panah yang suci (bebas perang] perdamaian. Wilayah Amungme di sebut Amungsa.
10. Suku Asmat
Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal di antara sekian banyak suku yang ada di Papua, Irian Jaya, Indonesia. 
Salah satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah hasil ukiran kayu tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen / motif yang seringkali digunakan dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung yang dilakukan oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku mereka, yang biasa disebut mbis. 
Namun tak berhenti sampai disitu, seringkali juga ditemui ornamen / motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian. Bagi penduduk asli suku Asmat, seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah para leluhurnya.
Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama.
 Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago yang dipanggang dan dimakan. Namun hal ini sudah jarang terjadi bahkan hilang resmi dari ingatan.
11. Suku Muyu
Suku Muyu adalah suku asli Papua yang hidup dan berkembang di Kabupaten Boven Digoel, Papua. Nenek moyang suku Muyu jaman dulu, tinggal di daerah sekitar sungai Muyu yang terletak di sebelah Timur laut Merauke. Tersebar di beberapa desa. Oleh beberapa anthropologist, Suku Muyu disebut “primitive capitalists”.
Suku Muyu dianggap sebagai suku pedalaman yang paling pintar. Orang Suku Muyu menduduki mayoritas posisi penting dalam struktur birokrasi Boven Digoel. Dari lebih kurang 1.800 pegawai negeri sipil, sekitar 45 persennya dari Suku Muyu. 
Beberapa menjadi bupati. Mereka hemat, bekerja lebih keras dibandingkan suku lain dan sangat menghargai pendidikan. Orang Muyu juga menyebut dirinya sendiri dengan istilah Kati yang artinya “manusia yang sesungguhnya”.


Editor : Thomas Koten
Sumber : Dielaborasi dari Kabarin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah dan beri masukan