Pecahan 5 Rupiah seri kebudayaan ini merupakan uang pertama yang bergambar Pahlawan wanita Indonesia yaitu RA Kartini.Yang di keluarkan Pada tahun 1952 dan merupakan uang pertama yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI).Bergambar RA Kartini di bagian muka dan corak tumbuhan di bagian belakang.Gambar pada uang ini memiliki arti yang sangat mendalam.
RA Kartini sebagaimana yang telah kita ketahui adalah seorang pahlawan wanita yang sangat di kagumi,beliau menuliskan kumpulan surat2 yang diterbitkan oleh balai Pustaka di tahun 1922 berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang:Boeah Pikiran.Dengan terbitnya surat2 Kartini,seorang perempuan peribumi,sangat menarik perhatian Belanda,dan pemikiran2 Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan peribumi di Jawa.Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai pahlawan nasional pada tanggal 2 mei 1964 dan menjadikan hari kelahirannya tanggal 21 April sebagai hari kartini.
Parasit ini hanya berukuran beberapa milimeter.sangat kecil jika kalian tidak teliti bisa masuk perut anda semua.Tidak peduli makanan anda baru masak atau belum basi.tetapi parasit ini bisa saja berada di makanan yang akan anda siap kan untuk di makan.ini adalah telur dari hewan Diptera/lalat.
Berukuran sangat kecil,,,satu detik saja bisa meningalkan telur di makanan anda berjumlah puluhan butir telur.Telur-telur ini di tempelkan di makanan anda khusus nya makanan yang tidak di tutup rapat.
Bagaiman telur ini bila tertelan oleh manusia,,,,?sebenarnya tidak terlalu berbahaya karena di lambung kita ada asam yang dapat mencerna si parasit ini.Tetapi saya anjurkan di buang saja kalo ada telur lalat ini yang sudah menempel pada makanan anda.Karena sudah pasti si induk lalat di kakinya sudah memebawa banyak bakteri ketika dia menempel pada makanan.
sekian postingan dari saya pesan saya jagalah kebersihan untuk kebaikan diri kita sendiri
Diera serba modern kecangihan teknologi membuat bocah-bocah di bawah umur ini melakukan hal-hal yang tak lazim.Bayangkan saja anak-anak sd yang masih terbilang berumur sebelas tahun ke bawah sudah memahami bahasa-bahasa orang dewasa.Memang kita harus mengikuti perkembangan jaman peralatan seperti Handphone pintar atau gawai.Sudah umum di kalangan masyarakat.dari tua muda sampai anak-anak mengoprasikanya.Tapi dalam mengunakan handphone pintar,selayaknya orangtua memberikan pengawasan ekstra.Di sayangkan kenyataanya,orang tua tak selalu memiliki waktu untuk mengawasi.
Pada akhirnya anak-anak pun mengunakannya di luar batas kewajaran.Mereka melakukan obrolan maupun aktivitas yang tak sesuai umurnya..Mereka seolah menjadi sosok dewasa,padahal umurnya masih kecil.Sunguh prihatin jika kita melihat adegan atau sebuah tulisan anak-anak kecil ini bisa membuat kita geleng kepala.
Saya adalah Generasi 90an di bilang saya ini tergolong masih muda,tetapi dalam pengalaman hidup saya,waktu seumuran ini,waktu saya masih sekolah dasar atau SD,sudah ada kata-kata istilah (pacaran).Tetapi istilah itu di jaman dulu hanya sebuah candaan atau gurauan di kalangan se usiasaya.tak mengerti secara mendalam makna dari kata-kata itu.
Di waktu itu didikan dari orang tua maupun di sekolah sangat disipilin.di pukul,di cubit di sekolah maupun di rumah itu hal biasa bagi saya.Guru-guru di sekolah jaman dulu memang galak karena tujuannya mendidik.
Dan inilah bukti anak-anak jaman sekarang yang sangat jauh beda dari generasi saya.
Di atas adalah video bukti bahwa anak Sd sekarang sangat perlu pengawasan yang sangat ketat dari orang tua.hal-hal yang tidak lazim di lakukan dengan anak seusiannya.
Bagaiaman pendapat anda dengan tingkah laku anak-anak di jaman sekarang?
GreenNawang - Sebanyak 10 TKI Indonesia dan tujuh warga Bagladesh terlibat tawuran massal yang videonya viral di dunia maya sejak Jumat (23/2/2018).
Ketua Jabatan Siasatan Jenayah (JSJ) (semacam Kasat Reskrim) Kualalumpur, Senior Asisten Komisioner Rusdi Mohd Isa mengatakan tawuran ini terjadi 10 Februari 2018 di satu proyek pembangunan Jalan Bukit Indah 1, Bukit Jalil, Kualalumpur.
Tawuran ini berawal dari pekerja bangunan yang berebut naik lift, yang akhirnya memicu tawuran pekerja Indonesia dan Bagladesh."Pemicunya seorang TKI terpaksa menunggu lift untuk turun ke tingkat bawah dari tingkat 16 dan terjadi perebutan semasa hendak turun menggunakan lift pecah perkelahian" katanya dalam satu kenyataan.
Perkelahian itu direkam dalam video berdurasi 33 saat di mana pekerja bangunan saling berkejaran sambil menjerit di atas bumbung bangunan yang masih dalam pengerjaan
Rekaman diunggah di laman Facebook dan viral sejak Jumat (23/2/2018) pagi.
Rusdi mengatakan dalam kejadian itu, tiga warga Bagladesh dan seorang warga Indonesia cedera dan dibawa ke Pusat Perubatan Universiti Kebangsaan Malaysia (PPUKM).sumber//tribunmedan.com
GreenNawang - DI bulan februari ini terutama di Medsos berjuta-juta video telah di upload oleh banyak penguna jejaring sosial.dari sekian banyak video yang ada saya rangkum 3 video paling viral di bulan februari.video kejadia apa saja itu simak ulasan nya di bawah?
1.Orang gila di duga begal ulama mengejar santri di Pondok Pesantren(Ponpes)AL-Waedayani,Desa Margaluyu,Kecamatan Sukabumi,Kamis (8/2/2018)sekitar pukul 01.30 WIB.Informasi yang di himpun radar Sukabumi,kejadian bermula ketika dua santri hendak makan sahur di warung nasi dekat pesantren,tepatnya di pinggir jalan Cianjur-Sukabumi.Namun,seketika pria tak dikenal datang menghampiri.
Video ini menjadi sangat viral karena sebuah akun facebook menerangkan bahwa ada 2 orang dan ke 2nya dengan modus menyamar sebagai orang gila.Alhamdulillah tertangkap 1 orang,'' tulis pemilik akun Facebook Nuryadi Yadi yang mengunggah foto dan video pelaku."Diduga target mereka adalah guru sepuh dan akang ajengan warudoyong dan yang tertangkap mengakui bahwa dirinya PKI,"tambahnya.Tapi setelah di selidiki Polisi berita itu ternyata tidak benar,karena pelaku saat di introgasi benar sedang mengalami ganguan mental dan tidak ada hubunganya dengan PKI.
2.Video seorang wanita melabrak wanita lain dengan tudingan pelakor,tiba-tiba viral di media sosial.Wanita itu.yang kemudian sering disebut Bu Dendy di media sosial,melempar segepok uang ke arah wanita yang menjadi lawanya.
Seperti di lansir TribunTravel.com dari akun@Markus Rata,video ini berasal dari akun Ovie Ovie
"Perkenalkan....inilah pelakor...namanya mbk Nylla Nylala....siapa yang kenal hayoo?
Inilah lont**yg sudah meminta uang untuk bikin rumah...sangat tidak beradab...hati2 lur sama bocah iki...Pengen sugih instan dgn nggaet bojoku...
Allah masih sayang sayaa..jebul seng dianggeb konco apik ternyata nyeleding...ngakunya masih dapat 50 juta dr bojoku...
3,Hanya ingin meminta kunci sepeda motornya kembali setelah ditahan oleh seorang polisi,seorang Ibu rumah tangga nekat menggigit tangan polisi lalu lintas.Kejadian itu terekam dalam video amatir.Video aksi gigitan emak-emak itu saat terjadi penilangan di Kudus,Jawa Tengah,ramai di perbincang kan di media sosial.
Tak hanya mengigit ibu tersebut juga terus marah-marah kepada sang polisi,Briptu Erlangga Hananda Seto,Anggota Satuan Lantas Polres Kudus,sambil mengeluarkan uang Rp. 1 juta rupiah.Kasat Lantas Polres Kudus AKP Eko Rubiyanto memebenarkan bahwa di dalam video yang beredar di medsos itu anggotanya digigit seorang ibu saat bertugas,Kamis(22/2/2018)sekitar pukul 06.30 WIB.
Itu lah artikel mengenai 3 video viral di bulan februari.
GreenNawang - Krisis Kesehatan berupa gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat,Provinsi Papua,telah menyebabkan 71 anak meningal dunia dan sedikitnya 800 orang dirawat di rumah sakit.Berdasarkan laporan wartawan BBC Indonesia,Heyder Affan,anak-anak yang terserang campak dan gizi buruk di kabupaten tersebut masih dapat dijumpai di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agast,Rabu (31/01) dini hari.
"Gizi buruk ada 21 pasien,campaknya ada lima pasien."ungkap Richard Rumbino,pimpinan RSUD Agast,satu-satunya rumah sakit di wilayah Asmat.
-Bagaimana akses masyarakat terhadap layanan kesehatan?
Kabupaten Asmat terdiri dari sembilan distrik(setingkat kecamatan)dan lebih 100 kampung.Luas kabupaten itu mencapai 29.000 kilometer persegi atau 48 kali luas DKI Jakarta.Kondisi geografis yang sulit juga di angkat oleh Menteri Kesehatan,Nila Moeloek,yang sudah berkunjung langsung ke Agast,Kabupaten Asmat,bersama Menteri Sosial Idrus Marham.
menurut Nila,Warga di sana tinggal di rumah di atas kawasan rawa-rawa yang kalau pasang naik akan membawa kotoran,"Air bersih dan listrik juga tidak ada.
Mentri Nila menambahkan infrastruktur kesehatan dan lainya di sana juga tidak memadai,Bahkan,"rumah sakit yang ada juga tidak layak disebut sebagai rumah sakit!!!
sumber artikel//bbc.com
Ini lah foto-foto kondisi RSUD Agast Di kabupaten Asmat.
Perlu pembaca tau Di Kabupaten Asmat,hanya ada 1.rumah sakit,13 pusat kesehatan masyarakat,26 doktor umum,3 distrik dengan layanan telekimunikasi.
Belum lama ini Di RSUD Agast Asmat Mendapatkan Fasilitas Radiologi
BBC Indonesia mengumpullkan pertanyaan Anda soal kelaparan dan wabah campak di Kabupaten Asmat, Papua, yang menyebabkan 71 anak meninggal dunia dan ratusan lainnya masih dirawat.
Wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, saat ini tengah berada di Kabupaten Asmat untuk melaporkan krisis pangan dan kesehatan di daerah tersebut
Kami menerima beberapa pertanyaan dari pembaca tentang apa yang kini tengah terjadi di Asmat. Kami pilih lima pertanyaan yang sering diajukan dan berikut ini adalah jawabannya.
Bagaimana sebenarnya situasi wabah campak dan gizi buruk di sana?
Krisis kesehatan berupa gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, telah menyebabkan 71 anak meninggal dunia dan sedikitnya 800 orang dirawat di rumah sakit.
Berdasar laporan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, anak-anak yang terserang campak dan gizi buruk di kabupaten tersebut masih dapat dijumpai di Rumah Sakit Umum Daerah (RUD) Agats, Rabu (31/01) dini hari.
"Gizi buruk ada 21 pasien, campaknya ada lima pasien," ungkap Richard Rumbino, pimpinan RSUD Agats, satu-satunya rumah sakit di wilayah Asmat.
Dari 71 anak yang meninggal dunia, 66 di antara mereka meninggal karena penyakit campak dan lima anak meninggal dunia karena gizi buruk. Adapun wilayah yang paling banyak jatuh korban adalah Distrik Pulau Tiga, yang mencapai 37 jiwa.
Uskup Aloysius Murwito dari keuskupan Agats-Asmat menceritakan pengalamannya berhadapan dengan anak-anak dengan kondisi minim gizi di wilayah tersebut.
Tim keuskupan Agats menemukan situasi ini saat kegiatan pelayanan Natal pada 2017 di Kampung As dan Kampung Atat, Distrik Pulau Tiga.
Menurutnya, kondisi anak-anak sangat memprihatikan dengan kondisi fisik yang sangat kurus.
"Di kampung As (dan) Atat saya menyaksikan anak-anak yang kurang gizi banyak, kurus-kurus," tambahnya.
Data Kementerian Sosial menunjukkan kejadian luar biasa seperti ini sudah keenam kalinya terjadi di Kabupaten Asmat namun yang terbaru merupakan yang paling parah.
Apa penyebab gizi buruk dan wabah campak?
Ketika krisis kesehatan gizi buruk dan campak di Asmat ini menjadi sorotan media, kondisi geografis wilayahnya—yang didominasi rawa berlumpur dan sungai-sungai—dianggap sebagai salah satu pemicu utama kasus tersebut.
Kondisi ini diperparah harga bahan bakar minyak (BBM) yang relatif lebih mahal akibat suplai BBM yang tidak lancar di wilayah itu.
Tentu saja, persoalan di balik krisis kesehatan tersebut tak melulu soal geografis.
Theresia, yang anaknya dirawat di RSUD Agats karena kurang gizi, mengaku mengonsumsi air sungai untuk kebutuhan makan dan minum sehari-hari.
Di Distrik Fayt, tempatnya bermukim, sebanyak 14 warga setempat meninggal akibat gizi buruk dan campak sejak September 2017.
"Airnya tidak dimasak, kami biasa minum langsung (dari sungai)," ungkap Theresia kepada BBC Indonesia.
Theresia mengaku tidak memiliki jamban yang layak. "Kami buang air besar dan kecil di dekat rumah."
Di ibu kota Asmat, Agats, sebagian warganya juga tidak memiliki jamban keluarga.
Kenyataan seperti ini tidak dipungkiri otoritas kesehatan di Kabupaten Asmat, tetapi tidak mudah bagi mereka untuk menghilangkan kebiasaan seperti itu.
"Hanya bisa sedikit-sedikit mengubah perilaku mereka," ungkap pimpinan utama RSUD, Richard Rumbino.
Sementara, Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan, Elizabeth Jane Soepardi, mengakui imunisasi yang belum optimal diperkirakan menjadi penyebab cepat merebaknya wabah campak di wilayah paling timur Indonesia tersebut.
"SDM-nya masih sangat kurang di sana. Sehingga karena SDM sangat kurang, akibatnya kegiatannya menjadi tidak rutin itu yang menyebabkan ada penumpukan anak-anak yang tidak diimunisasi. Satu kasus saja masuk, langsung menyebar," tutur Jane.
Bagaimana akses masyarakat terhadap layanan kesehatan?
Kabupaten Asmat terdiri dari sembilan distrik (setingkat kecamatan) dan lebih dari 100 kampung. Luas kabupaten itu mencapai 29.000 kilometer persegi atau 48 kali luas DKI Jakarta.
Kondisi geografis yang sulit juga diangkat oleh Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, yang sudah berkunjung langsung ke Agats, Kabupaten Asmat, bersama Menteri Sosial Idrus Marham.
"Jangkauan ke pusat pengobatan sangat sulit karena masyarakat harus menggunakan jalur laut dan sungai," kata Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, usai mengunjungi pasien campak dan gizi buruk di Asmat, Kamis (25/01) lalu.
Menurut Nila, warga di sana tinggal di rumah di atas kawasan rawa-rawa yang kalau pasang naik akan membawa kotoran, "Air bersih dan listrik juga tidak ada."
Menteri Nila menambahkan infrastruktur kesehatan dan lainnya di sana juga tidak memadai. Bahkan, "rumah sakit yang ada juga tidak layak disebut sebagai rumah sakit."
Hal ini diakui oleh Uskup Agats-Asmat Aloysius Murwito. Dia menyebut akses transportasi menuju dan di dalam Asmat sangat buruk. Kampung terjauh dari Agats, ibu kota Asmat, berjarak tujuh jam perjalanan laut menggunakan perahu mesin.
"Kampung-kampung itu tidak memiliki fasilitas listrik atau air yang memadai, alat komunikasi pun tidak ada.
"Di tempat seperti itu fasilitas dasar sungguh rendah, terutama kesehatan dan pendidikan," ujar Aloysius.
Kepala Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, Steven Langi, mengakui medan yang sulit dan minimnya tenaga medis menjadi hambatan bagi tim penanganan wabah campak dan gizi buruk dan sekaligus pula membuat kesulitan dalam memprediksi timbulnya wabah campak dan gizi buruk.
"Wilayah seperti Pulau Tiga itu sudah sangat minim personel," kata dia.
Distrik Pulau Tiga merupakan tempat pertama ditemukannya korban jiwa akibat gizi buruk dan campak.
Bagaimana peran pemerintah daerah? Apakah penyelenggara pemerintah daerah kompeten untuk melakukan otonomi daerah?
Anak-anak di Asmat kekurangan gizi, meski anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kabupaten itu mencapai lebih dari Rp1 triliun pada 2017 dan mendapat jatah sekitar Rp106 miliar dari dana otonomi khusus Papua.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyebut Pemkab Asmat menganggarkan 10% APBD 2017 untuk kesehatan, sesuai anjuran pemerintah pusat.
Tjahjo mengatakan kementeriannya tengah menginvestigasi hubungan sebab-akibat dalam alokasi anggaran dan krisis gizi di Asmat.
Walau mengelola anggaran triliunan rupiah, Gubernur Papua Lukas Enembe menyebut masyarakat di sejumlah kabupaten dan kota tidak mendapatkan fasilitas dasar memadai, salah satunya di sektor kesehatan.
"Sudah terjadi bertahun-tahun dan di mana-mana di Papua. Jangankan Asmat, tempat asal saya (Tolikara), daerahnya masih terbelakang. Ini bukan hal baru," kata Enembe di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/01) lalu.
Dosen Ilmu Politik Universitas Cendrawasih, Marinus Yaung, menilai penggunaan APBD di Papua tidak efektif dan tidak tepat sasaran karena persaingan politik pada pemilihan kepala daerah tidak berkesudahan.
Dalam penelitiannya di beberapa kabupaten, kata Marinus, kepala daerah terpilih membatasi atau menghapus anggaran pelayanan publik, termasuk kesehatan, untuk daerah atau kelompok masyarakat yang menjadi basis lawan politik.
Bagaimana respons pemerintah dan menteri kesehatan tentang kejadian ini?
Lantaran puluhan nyawa melayang akibat campak dan gizi buruk, Presiden Joko Widodo menginstruksikan agar warga Asmat di pedalaman -yang rawan dari penyakit campak dan gizik buruk- direlokasi ke wilayah yang lebih mudah dijangkau unit pelayanan kesehatan.
"Jadi (penduduk) desa-desa direlokasi ke kota (Agats, ibu kota Kabupaten Asmat)," ujar Jokowi di sela kunjungan kerja di Palembang, Senin (22/01).
Namun ide relokasi ini langsung ditolak oleh Gubernur Papua, Lukas Enembe dan Bupati Kabupaten Asmat, Elisa Kambu. Mereka menyampaikannya saat bertemu Presiden Jokowi di Istana Bogor, Selasa (23/01) malam.
"Memindahkan orang tidak segampang itu karena terkait budaya, adat istiadat, hak ulayat dan bagaimana mereka menanam dan sebagainya," tegas Elisa Kambu.
Menteri Sosial, Idrus Marham, mengakui pemerintah Indonesia menghadapi kesulitan dalam menangani bencana gizi buruk atau busung lapar yang melanda Kabupaten Asmat.
Alasannya adalah kondisi alam dan minimnya infrastruktur.
"Daerah ini memang terisolasi. Harus dipangkas dulu isolasinya," kata Idrus dalam acara diskusi di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (29/01).
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan bahwa penanganan gizi buruk dan busung lapar tidak gampang dan butuh waktu lama berhubung pasien tidak bisa langsung diberi makan karena akan dimakan cacing di perut.
"Yang pertama dilakukan adalah membasmi cacing dalam perut dulu," kata Nila. "Setelah itu, baru dikasih asupan makanan."
Menurut Nila, saat ini ada 177 tenaga kesehatan di Asmat yang membantu menangani kasus tersebut, bergabung dengan tim dari Kementerian Sosial dan TNI.
Deputi II Kantor Staf Presiden, Yanuar Nugroho, mengatakan perlu solusi jangka panjang terkait kejadian luar biasa kelaparan di Asmat, antara lain dengan program pendampingan terhadap aparat pemerintahan di Papua.
"Persoalannya ada di pemerintah daerah," tudingnya.
Sementara untuk jangka pendek, menurut Yanuar, yang perlu dilakukan hingga Februari 2018 adalah bagaimana agar korban tidak bertambah. "Asmat adalah wake up call bagi kita semua."
Yanuar memaparkan ada beberapa daerah lain di Papua yang terancam bencana serupa karena Asmat lebih merupakan fenomena puncak gunung es.
Beberapa wilayah lain yang berpotensi mengalami hal serupa adalah Tolikara, Nduga, Intan Jaya, Lanny Jaya, Jayawijaya, dan Dogiyai.
Ada lebih dari 44.000 orang komunitas adat terpencil di pedalaman Papua yang membutuhkan perhatian lebih dan yang ditangani Kemensos baru sekitar 2%.